Cari Blog Ini

Senin, 14 Mei 2012

Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi


Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi

Menurut para ahli, dalam komunikasi antarpribadi, ada 5 (lima) unsur pokok yang terlibat. Kelima unsur tersebut mencakup (a) konsep diri, (b) self-disclosure, (c) menyimak, (d) mengatasi perasaan marah. Pada modul ini kita mempelajari dua hal, yakni konsep diri dan self-disclosure.

Dalam konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesunguhnya diri kita. Menurut Rakhmat (1985:124) menjelaskan proses bercermin diri itu melalui tahapan-tahapan berikut ini. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami rasa bangga atau kecewa pada diri kita sendiri.

Sedangkan William D. Brooks (dalam Rakhmat, 1998:125) menyebut konsep diri sebagai ”persepsi-persepsi fisik, sosial, dan psikologis atas diri kita sendiri yang bersumber dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”. Berdasarkan definisi dari Brooks tersebut, kita bisa menguraikannya sebagai berikut.
1.      Persepsi fisik, yang berkaitan dengan bagaiman akita mempersepsi diri kita secara fisik. Apakah kita ini termasuk orang yang tampan/cantik, biasa-biasa saja atau jelek? Apakah badan kita terlihat gagah atau tidak menarik?
2.      Persepsi sosial, yang berkaitan dengan bagaimana orang lain tentang diri kita. Apakah ini termasuk orang yang mudah bergaul, cenderung menyendiri, disukai orang lain atau orang yang ingin menang sendiri.
3.      Persepsi psikologis, yang berkaitan dengan apa yang ada pada ”dalam” diri kita. Apakah saya ini orang yang keras pendirian atau keras kepala? Apakah saya termsuk orang yang bahagia karena apa saya bahagia?
4.      Pengalaman, yang terkait dengan sejarah hidup kita. Sejak mulai kita dilahirkan hingga usia saat ini tentu mengalami berbagai hal yang berpengaruh pada diri kita. Misalnya, kita menjadi keras kepala karena sering diperlakukan sebagai anak yang berada pada pihak yang salah.
5.      Interaksi dengan orang lain, yang terkait bagaimana interaksi dengan orang lain akhirnya membentuk persepsi psikologis bahwa dirinya termasuk orang yang tidak bisa bekerja.

Model yang dipergunakan untuk menjelaskan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran kita pada diri kita sendiri yang paling populer adalah Jendela Johari (Johari Window) yang dikembangkan Joseph Lutf dan Harry Ingham. Nama Johari merupakan kependekan dari dama depan dua ahli psikologi yang mengembangkan model ini, yaitu Josepf dan Harry. Dalam Jendela Johari ini, manusia dipandang memiliki diri yang digambarkan dalam matriks berikut ini.

  Sumber: diolah dari Tubbs dan Moss, (2000:15)

Dengan menggunakan Jendela Johari ini kita bisa melihat hubungan intrapesona dan hubungan antarpribadi (Tubbs dan Moss, 2003:13). Pada setiap kotak – yang kita sebut kuadran – menunjukkan kondisi pribadi kita dalam berkomunikasi. Ukuran setiap jendela –kuadran- tersebut tidak selalu sama. Bisa saja, kuadran 1 menjadi lebih besar dibandingkan dengan 3 kuadran lainnya. Menurut Tubbs dan Moss (2000:13) ukuran setiap kuadran itu ditentukan oleh kesadaran diri sendiri dan orang lain, perilaku, perasaan dan motivasi serta tingkat kepemilikan bersama atas informasi mengenai hal-hal yang dipercakapkan.
            Kini kita melihat secara lebih seksama masing-masing kuadran. Pada kuadran 1 yang menunjukan keterbukaan karena kita dan orang lain sama-sama tahu maka semua aspek yang ada pada diri kita sudah kita ketahui dan juga diketahui orang lain. Kebanyakan kegiatan komunikasi kita akan bergantung pada kuadran ini, khususnya untuk komunikasi antarpribadi. Kuadran 1 ini berbeda dengan kuadran 2, yang menunjukkan keadaan kita tidak tahu tetapi orang lain tahu. Pada kuadran ini, ada hal yang diketahui orang lain namun kita sendiri tidak mengetahuinya. Dalam komunikasi antarpribadi, bisa saja kita mendominasi percakapan, namun sebenarnya orang lain tak menyukai hal tersebut. Bisa juga terjadi misalnya, kita merasa cukup mantap menyampaikan satu pesan namun orang lain memandang apa yang disampaikan itu tidak memberi informasi baru.
            Sedangkan pada kuadran 3 kita tahu, tetapi orang lain tidak tahu. Di sisi, kita sebagai komunikator menjadi pemegang kendali. Apakah kita menjadi orang yang bijak atau mau menjadi orang yang suka mempermalukan orang lain. Oleh karena pada kuadran ini, kita mengetahui tetapi orang lain tidak mengetahuinya. Apa yang kita ketahui itu bisa tentang diri sendiri atau orang lain. Sebaliknya, pada kuadran 4, baik diri kita maupun orang lain sama-sama tidak mengetahuinya. Ini berkaitan dengan diri kita yang belum kita sadari atau kita ketahui. Begitu juga hanya dengan orang lain tidak mengetahuinya.
            Jendela Johari ini dapat dipergunakan untuk menganalisis situasi komunikasi antarpribadi yang kita lakukan. Kita akan mengetahui segi-segi dari diri kita, misalnya kita memandang diri kita sebagai orang yang baik dan tegas kita ketahui, tetapi tidak diketahui orang lain. Sebaliknya, sisi lain dari konsep diri itu, seperti apa yang kita pandang sebagai tegas justru dipandang sebagai orang yang kaku dan tidak memperdulikan orang lain.
            Dengan demikian, konsep diri merupakan hal yang penting yang kita lakukan manakala kita mau mengetahui komunikasi antarpribadi yang kita lakukan. Kita juga bisa melakukan introspeksi mengenai praktik komunikasi antarpribadi ini dengan mencoba menyelami konsep diri kita. Jendela Johari juga bisa kita pergunakan untuk tindak penyingkapan diri (self-disclosure) yang merupakan sisi penting lain dari komunikasi antarpribadi yang akan kita bahas setelah kegiatan belajar ini.


sumber :  %2Fcai.elearning.gunadarma.ac.id%2Fwebbasedmedia%2Fdownload.php%3Ffile%3Dmodul-3.doc&ei=3YKeT8CKJYy3rAf6kpFg&

Tidak ada komentar:

Posting Komentar