Cari Blog Ini

Senin, 12 Desember 2011

PENGARUH SOSIAL DAN PRILAKU KELOMPOK


Perkembangan TKI telah mengubah dunia menjadi kampung dunia (global village). Dunia menjadi transparan tanpa mengenalbatas negara. Kondisi demikian berdampak pada seluruh aspek kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini mempengaruhi polapikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat Indonesia. Perubahannilai terjadi di masyarakat bebarengan dengan generasi muda yang lebih tertarik budaya baru yang dibawa globalisasi melalui TKI.Usaha lembaga pendidikan (lemdik) dan keluarga Indonesia dalam melakukan pembinaan jati diri bangsa digerus unsur budaya baru. Pada diri generasi muda terjadikonflik untuk menerima apa yang disampaikan pihak lemdik/keluarga dengan apa yangditerima dari agen budaya luar, terutama internet. Evolusiglobal sedang berlangsung kearah budaya pascamodern. Implikasinya sukar bagilemdik/keluarga untuk mengekalkan apa yang telah dibinakan pada generasi muda tanpa kerjasama pada tataran makro dengan agen-agen budaya luar yang berpengaruh.
1.    DAYA ADAPTASI. Setiap kehidupan di dunia tergantung kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dalam arti luas. Manusia membina hubungan dengan lingkungannya secara aktiftidak sekadar mengandalkan hidup pada kemurahan lingkungan hidupnya. Budi daya dalam memanfaatkan akal dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan membina hubungan antar sesama anggota masyarakat dan mengelola lingkungan sebagai sumber dalam memenuhi kehidupannya. Karena itulah manusia mengembangkan kebiasaan melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan. Karena kemampuan beradaptasi secara aktif, manusia berhasil menempatkan diri sebagai makhluk tertinggi derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya. Di lain pihak, kemampuan manusia membina hubungan dengan lingkungannya telah membuka peluang bagi pengembangan berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban. Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan.
2.    1. Perilaku setiap orang dalam kelompok selalu mengacu pada pola pikirnya. Orang Amerika dan Cina mempunyai pola pikir berbeda dalam hal makan, sehingga cara makan, makanan dan alat makan sangat berbeda. Orang Amerika makan beef steak dengan pisau dan garpu, orang Cina makan bakmi berkuah dengan sumpit dan menghirup kuahnya langsung dari mangkuk. Cara makan orang Cina bisa dianggap tidak sopan bagi orang Amerika, sementara cara makan orang Amerika merepotkan bagi orang Cina.Akan tetapi tidak berarti bahwa orang Amerika tidak bisa belajar cara makan Cina atau sebaliknya. Individu-individu dari kedua kelompok etnik bisa saling mempelajari perilaku etnik lain dan mempraktikkannya, tetapi tidak harus mengadopsi kebudayaannya. Dengan demikian di Jogjakarta, mahasiswa Cina menggunakan pisau dan garpu ketika makan beef steak di restoran internasional, sementara mahasiswa AS makan dengan sumpit di restoran Cina.
3.    2. Berikut ini sederet contoh dapat dikemukakan tentang perilaku adaptasi yang tidak diikuti perubahan pola pikir budaya. Misalnya, orang Indonesia bisa antri di Singapura, tetapi tidak antri begitu kembali di negeri sendiri, orang bisa tepat waktu ketika mau pergi naik pesawat terbang atau menonton bioskop, tetapi terlambat ke kuliah atau kantor. Begitu juga (sudah menjadi rahasia umum), turis Arab di Jakarta minum bir dan minta disediakan wanita, tetapi kembali alim di negerinya sendiri. Sebaliknya, “senakal-nakal”-nya orang Indonesia, akan sangat alim ketika naik haji di Arab Saudi, tetapi kembali “nakal” begitu pulang ke Indonesia.
4.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar