Cari Blog Ini

Senin, 12 Desember 2011

SIKAP DAN PRILAKU


SEMARAK pemilihan kepala daerah pada pertengahan tahun ini telah memperkaya perbendaharaan tentang perilaku elit-elit politik dan "tokoh-tokoh" masyarakat. Kisah di atas adalah "fiktif" tetapi telah akrab melingkupi kehidupan sosial masyarakat di Sulawesi Selatan (juga seluruh Indonesia). Petta Congkang adalah sebuah sosok yang berangkat dari karakter legenda. Ia menggelontorkan pengertian ke sebuah konteks Pemilihan Kepala Daerah Langsung (PilakadaL) menjadi kategorikal. Seperti wortel dalam kategori sayuran.
Beberapa kategori itu adalah sebagai berikut: PDr alias Percaya Diri, PDt alias Percaya Duit, SPD alias Salah Persepsi Diri, dan TP alias Tersanjung Pujian. PDr dan PDt adalah gejala yang bersumbu pada kondisi internal kejiwaan (impuls). SPD dan TP adalah kategori yang menggumpal akibat terpaan stimulus eksternal (luar). Masih ada kategori lain selain itu, seperti realistis dan wajar (proper). Tetapi kategori ini tidak dikupas karena fenomenanya datar, alias tidak legendaris, untuk diintip sebagai pernik-penik PilkadaL.
Di Sulawesi Selatan (Sulsel) pertengahan tahun ini, terdapat 10 kapubaten yang akan menyelenggarakan PilkadaL: Barru, Bulukumba, Gowa, Luwu Utara, Luwu Timur, Maros, Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Soppeng, Selayar, dan Tanah Toraja. Ada juga Wajo, Makassar, Pinrang, Parepare dan beberapa kabupaten lagi di Sulsel yang dapat ber-PilkadaL tahun ini, tetapi komunitas "dprd"-nya menetapkan pemilihan "tepat waktu", tepat karena bukan rakyat yang memilihnya langsung. Pada 10 daerah itulah akan lahir sejumlah CERPEN tentang kategori-kagori itu (CERPEN: CERita PENdekar).
PDr adalah perilaku yang umumnya dipandang sebagai menutup diri untuk menimbang hal-hal yang menyangkut kapasitas diri dan konteks lapangan. Contohnya adalah seseorang yang tidak terampil seni musik/menyanyi. Ia memberanikan diri untuk tampil di panggung dengan audiens yang terdiri dari kalangan elit, selebriti, atau kaum jetset. Orang ini pun tidak tahu dan pula memang tidak ingin tahu siapa mereka, audiens itu. Ia pun tampil dengan keyakinan; tidak ada masalah dengan kekurangan yang ada pada dirinya karena menurutnya ia tidak memiliki kekurangan. Padahal kekurangan itu sangat nyata, yakni tidak terampil menyanyi dan didukung suaranya yang menyerupai suara histeris jerapa terjepit roda truk. Everything is running well.
Singkatnya: orang yang berkategori PDr ini tak punya partai politik (berarti "membeli" partai); tak punya uang yang cukup untuk jadi calon; lebih terkenal Basri Masse (orang yang pernah dihukum gantung di Malaysia tahun 80-an karena narkoba) dari pada dirinya; ia hanya dikenal oleh keluarga dekat di daerahnya, seperti oleh orang tua kandungnya, saudara kandungnya, iparnya, sepupunya (makmisal sepupu dua kali), keponakan dan kemanakannya, serta tetangga secukupnya. Orang ini bisa disebut mengharap pemilih "keliru mencoblos" sehingga paku meleset ke fotonya di kertas suara. Dengan kata lain, orang yang terkategori ke dalam jenis persepsi ini adalah sebuah kegagalan membangun konsep diri yang lebih lengkap: sebuah penderitaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar